Minggu, 19 September 2010

wawancara imaginer

idealisme hanya sebuah teori

Sebuah gagasan gagasan imaginer utopis



Tetapi

Aku memahami jalan hitam dan putih

Aku memahami dogma-dogma normative dari sebuah teks suci



Tetapi

Dimanakah nalar-nalar teks itu?

Dimana aku harus menjalankannya

Barangkali aku hanya menganggap teks itu hanya sebuah monolog

Membaca, menghafal tapi aku tak kuasa menjalankannya



Teks suci

Maafkan hanya menjadikanmu sebagai monolog

Memahamimu secara monolog sudah menjadi kebanggaan manusia

Sudah menjadi tolak ukur kesucian manusia

Sudah menjadi panutan

Merekalah manusia alim yang menjadi panutan agamamu sekarang ini





sebuah inspirasi ternyata harus menempuh jalan panjang

dan keberanian untuk membuka mimpi



tetapi,

di manakah eksistensi bersembunyi

dalam tahun-tahun pengembaraan?



di manakah mimpi berujung

dalam ruang kesendirian?



barangkali soltaire bisa menjawab,

melalui suara kesenyapan



anak-anakku, jadilah pegawai negeri,

karena kerjanya gampang,

cukup apel pagi, selebihnya baca koran

ambil gaji pada awal bulan



pegawai negeri,

kerja melompong, tak peduli kantong kosong

masih ada proyek yang bisa dicolong

yang penting omong kosong



pegawai negeri

tidakkah kau tahu?

lencana jabatan di dadamu itu sebenarnya jengkol?

bentuk dan rupanya memang jengkol

apalagi baunya, jelas jengkol!



bau jengkol lencana jabatan

dari bangkai busuk korupsi dan gratifikasi

yang disebut insentif prestasi



Hidup Pegawai Negeri!

Hidup Jengkol!



by ali asghar